Senin, 24 Maret 2014

Kuliah Internet Protocol


Tugas 3 : Download

Selamat Mengerjakan ^_^

Rabu, 19 Maret 2014

Praktikum Komgraf D



Format Laporan Akhir Prak. Komgraf

Perbaikan Praktikum Komgraf ACC Modul 5

Hasil Program di Demokan Maksimal Kamis 09/06/2014 Pukul 12.00 s/d 17.00

Nilai default perbaikan adalah 70. Untuk mendapatkan nilai 70, nilai minimal di file excel adalah 80. Selamat mengerjakan. Sikap dan Usaha Anda = Nilai Anda

Link Modul Komgraf Versi 2
Link Modul Komgraf Versi 3
Link Asistensi

Kelompok Praktikum Komgraf Kelas D
D1 D2


SUDIYANTO PYEPIT RINEKSO A
100411100075 110411100047
081931002184 085732034842

Kelengkapan
Modul Jadwal ACC Tugas Tambahan
1 10/04/2014 -
Lab. Sister 19.30 -
2 24/04/2014 -
Lab. CC 19.30 -
3 11/05/2014
Lab. Sister 19.30
-
4 22/05/2014
Lab. Sister 15.30
Membuat 3D dari NPM Terakhir (NPM terakhir 0 diganti dg 2 & NPM Terakhir 1 diganti 9)
5 04/06/2014
Lab. Sister 15.30
-
6 -

Catatan :
Struktur Laporan (Soft Copy / Hard Copy)
Cover
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Dasar Teori
Bab III : Tugas Pendahuluan
Bab IV : Pembahasan + Tugas Tambahan
Bab V : Penutup

Lapres dikumpulkan via :
E-mail : pyepitrineksoa@gmail.com
Subject : PRAK_KOMGRAF_D
Nama File : PRAK_KOMGRAF_D_MODULX_NPM (x = modul ke sekian). Penulisan subject ditulis dengan huruf kapital dan berupa .PDF. (Maksimal H-1 Sebelum ACC)

Bagi yang tidak sesuai dengan format di atas mohon maaf jika nilai untuk modul tersebut tidak keluar atau 0.
Usaha dan Sikap Anda = Nilai Anda.


Nilai ACC Modul 1-4

NRP ACC1 ACC2 ACC3 ACC4
120411100001 85 95 75 70
120411100012 85 95 100 90
120411100027 90 95 85 80
120411100034 85 95 80
120411100045 80 95 80 90
120411100051 75 90 75 90
120411100058 90 90 95 90
120411100061
120411100064 70 85 80 95
120411100071 90 95 75 100
120411100078 70 90 80 95
120411100083 65 75 70
120411100094 80 95 75 95
120411100103 75 95 70 95
120411100105 75 85 65 70
120411100107 80 85 65 70
120411100109 90 95 65 90
120411100112 70 95 70
120411100114 90 95 100

Ekstensi File



File komputer masing-masing memiliki nama. Hampir semua nama file memiliki Extension file. Sebuah Extension file hanyalah sebuah bagian dari nama file komputer. Setiap Extension file memiliki makna tertentu yang membantu komputer untuk mengidentifikasi file tersebut. Namun, beberapa file tidak memiliki Extension. Juga, program jahat kadang-kadang mencoba untuk menyamarkan diri mereka melalui sistem Extension file.

Sejarah
Extension nama file yang membuat penampilan pertama mereka pada 1960-an. Digital Equipment Corporation yang digunakan mereka untuk memecahkan nama file ke nama dasar dan Extension. Microsoft disesuaikan sistem, pertama dengan sistem operasi DOS (OS), kemudian dengan Windows. Dengan DOS, file Extension nama disimpan secara terpisah dari nama dasar, yang bisa dilihat dengan memeriksa direktori file, dengan nama dasar dan Extension yang tercantum dalam kolom terpisah.

Fungsi
Extension file berfungsi untuk mengidentifikasi jenis data yang terdapat dalam file sehingga sistem operasi komputer (OS) tahu bagaimana untuk menghadapinya. Sedangkan nama file dasar harus unik dan tidak bisa sama dengan nama perangkat, Extension file yang dimiliki oleh jenis umum file. Extension file biasanya mengidentifikasi jenis file, tetapi ada pengecualian. Beberapa contoh umum adalah Extension file. Exe untuk file program dieksekusi, doc untuk dokumen Word.,. Wpd untuk dokumen WordPerfect and.jpg untuk grafis atau file foto.

Hukum dan Ilegal Karakter
Saat ini, Extension file umumnya tiga karakter panjang dan dipisahkan dari nama dasar oleh suatu periode. Pada DOS, nama pangkalan hanya bisa maksimal delapan huruf dan Extension file hanya bisa tiga huruf, tapi ini berubah dengan diluncurkannya Windows 95. Spasi juga tidak diperbolehkan dalam nama file, tetapi ini juga berubah dengan Windows 95. Periode juga diperbolehkan dalam nama file – hanya periode akhir sebelum Extension file diakui oleh komputer.
Sampai dengan pertengahan tahun 2009, karakter berikut diizinkan untuk digunakan dalam nama file dan Extension dasar: huruf AZ di kedua atas dan huruf kecil, angka 0-9, ditambah $#&+@!()-{} ‘`_~, dan ruang kosong. Karakter ilegal, atau karakter tidak diperbolehkan untuk digunakan dalam nama file dan Extension, adalah sebagai berikut: |. <> \ ^=?/[]“;* Ditambah karakter kontrol karakter ini diakui oleh komputer dan diberi arti khusus, sehingga menggunakan mereka dalam nama file atau Extension dapat menyebabkan masalah dengan OS.


Windows vs Macintosh dan UNIX
Sebelumnya, baik UNIX maupun Macintosh atau OS komputer Apple menggunakan Extension file. Sistem ini memiliki metode mereka sendiri menugaskan nama file, bersama dengan konvensi yang berbeda untuk menyimpan metadata. Sebagai contoh, sistem UNIX akan menyimpan semua informasi sebagai string tunggal. Macintosh dan Apple, di sisi lain, akan menyimpan data menggunakan kode tertentu yang terkandung dalam file itu sendiri.
Namun, pangsa pasar yang luar biasa dari Windows berarti bahwa menggunakan Extension file telah menjadi konvensi penamaan file standar untuk komputer Macintosh juga, dimulai dengan Mac OS X. Namun, penamaan file masih berbeda antara Windows dan OS UNIX berbasis komputer. Nama file windows tidak case sensitif, sedangkan nama file UNIX.


Program berbahaya
Program jahat kadang-kadang menyamarkan diri mereka dengan menghadirkan diri dengan Extension file tidak berbahaya, seperti doc atau. Pdf (untuk file Adobe Acrobat).. Namun, program jahat benar-benar memiliki Extension file tersembunyi yang mengungkapkan sifat sejati mereka sebagai kode dieksekusi.
Sebagai contoh, sebuah Trojan (file berbahaya) dapat hadir sebagai Janeresume.doc, tetapi nama file penuh sebenarnya akan Janeresume.doc.exe, dengan periode akhir dan nama file yang komputer apa sebenarnya mengakui. Untuk alasan ini, pengguna PC terutama disarankan untuk menetapkan preferensi komputer mereka sehingga nama file dan Extension yang terungkap bukan tersembunyi. Ini akan mengungkap banyak, tapi tidak semua, program berbahaya.



Sumber :wikipedia.com & ehow.com

4 Jenis Mahasiswa, Kamu termasuk yang mana?

Pada saat menjadi mahasiswa baik di program S1, S2 maupun S3 di Jepang, saya mengalami berbagai proses pembelajaran yang kadang bikin geli kalau mengingatnya sekarang. Proses belajar ternyata membuat jenis dan karakter saya berubah-ubah. Kadang saya nggak sadar dengan ketidakmampuan saya, tapi kemudian kenyataan menyadarkan saya bahwa saya tidak mampu, dan akhirnya setelah saya belajar keras saya jadi sadar apa saja kemampuan saya. Di sisi lain agak sedikit berbahaya ketika saya tidak sadar dengan kemampuan saya. Jadi kayak bunglon dong? Hmm lebih tepatnya bunglon darat. Terus saat ini anda termasuk jenis mahasiswa yang mana? Mari kita lihat bersama.
  1. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Ketidakmampuannya (Unconsciously Incompetent)
    Tahun 1994, kehidupan saya di Jepang di mulai. Saya beserta 14 orang yang lain sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, nama sekolahnya Kokusai Gakuyukai. 1 tahun belajar bahasa Jepang, kita berhasil menghapal sekitar 1000 kanji. Kemampuan bahasa Jepang level 1 menurut Japanese Language Proficiency Test alias Nihongo Noryoku Shiken. Kebetulan karena saya senang nggombalin orang ngomong, percakapan bahasa Jepang saya cukup terasah (pera-pera). Di Kokusai Gakuyukai, kita juga diajari pelajaran dasar untuk Matematika, Fisika dan Kimia. Ini juga nggak masalah. Kurikulum Indonesia yang padat merayap plus rumus-rumus cepat ala bimbel, membuat soal-soal jadi relatif mudah dikerjakan. Karena saya newbie di dunia komputer, padahal harus masuk jurusan ilmu komputer, saya beli komputer murah untuk saya oprek. Newbie? yah bener, saya gaptek komputer waktu itu. Saya kerja keras, saya bongkar PC, saya copoti card-cardnya karena pingin tahu, sampe akhirnya rusak hehehe. Terus nyoba mulai install Windows 3.1. Lebih dari 3 bulan, tiap malam saya keloni terus itu komputer, jadi lumayan mahir lah. Tahun 1995, masuk ke Saitama University dengan sangat PD dan semangat membara. Nah pada tahap ini saya sebenarnya masuk ke jenis mahasiswa yang tidak sadar akan ketidakmampuannya. Dikiranya semua sesuai dengan yang dibayangkan dan diangankan.
  2. Mahasiswa Yang Sadar Akan Ketidakmampuannya (Consciously Incompetent)
    Masuk kampus, ternyata bekal kanji 1000 huruf nggak cukup. 1000 kanji itu level anak SD atau SMP di Jepang. Saya perlu lebih dari 30 menit untuk membaca 1 halaman buku textbook pelajaran, padahal orang Jepang hanya perlu 2-3 menit Kemahiran percakapan juga nggak banyak menolong karena mahasiswa Jepang membentuk grup-grup. Saya satu-satunya mahasiswa asing di Jurusan, nggak kebagian teman, meskipun sudah kerja keras tegur sapa, ngajak kenalan, nanya jam, nanya mata pelajaran, dsb. Matematika, Fisika, dan Kimia sebenarnya mudah, hanya masalahnya karena Kanji terbatas, kadang saya nggak ngerti yang ditanyain apa. Jadi kadang saya kerjasama dengan mahasiswa Jepang disamping saya, dia ngerti apa yang ditanyain, tapi nggak bisa ngerjakan. Sebaliknya saya nggak ngerti yang ditanyain, tapi sebenarnya bisa ngerjain … hehehe. Untuk praktek di lab komputer, ternyata semua pakai terminal Unix (Sun), sama sekali nggak ada mesin yang jalan under (Microsoft) Windows. Yang pasti, harus sering mainin command line di shell, untuk ngedit file hanya bisa pakai emacs, browsing hanya bisa pakai mosaic, laporan harus pakai latex, buat program harus pakai bahasa C atau perl (CGI) untuk yang berbasis web. Kenyataan membuat saya sadar akan ketidakmampuan saya.
  3. Mahasiswa Yang Sadar Akan Kemampuannya (Consciously Competence)
    Karena sadar bahwa banyak hal yang ternyata saya belum mampu, yang saya lakukan adalah belajar keras. Saya kurangi tidur, saya perbanyak baca, perbanyak beli buku, beli kamus elektronik, banyak diskusi dengan teman-teman mahasiswa Jepang. Saya mulai banyak bermain-main dengan Linux dan FreeBSD di rumah untuk kompatibilitas dengan tugas kampus. Nyambung internet dengan dialup, mulai belajar mengelola server, mulai membuat program kecil-kecilan dengan bahasa C dan Perl. Banyak kerja part time, mulai dari nyuci piring, interpreter, code tester dan programmer. Saya mulai aktif di dunia kemahasiswaan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus, termasuk ikut mengurusi Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang sampai pernah terpilih jadi ketua umumnya. Knowledge dan skill di kampus terasah, experience dan manajemen keorganisasian juga terasah. Alhamdulillah saya mulai banyak punya teman Jepang, kadang makan bareng, main bareng atau ngoprek komputer bareng di asrama mereka. Untuk menambah ilmu kadigdayaan (sebenarnya sih untuk keperluan kerja part time ), saya menambah peliharaan komputer di apartemen dengan Apple Macintosh dan beberapa Unix machine.Tahun pertama dan kedua terlewati dengan baik, nilai lumayan dengan nuansa penuh kegembiraan. Saya berusaha semaksimal mungkin “menjual” kemampuan saya, baik dalam bentuk jasa alias sebagai interpeter, lecturer, programmer, software engineer, maupun dalam kemasan produk software yang saya buat (sistem informasi rumah sakit, sistem informasi periklanan, web application, network management system, dsb). Alhamdulillah saya sudah bisa mandiri dan mendapat banyak pengalaman dan keuntungan finansial mulai tahun ketiga kehidupan saya di Jepang, sehingga akhirnya saya putuskan menikah “dini” supaya lebih tenang, aman dan sehat. Nah pada masa ini jenis saya adalah semakin sadar akan kemampuan saya.
  4. Mahasiswa Yang Tidak Sadar Akan Kemampuannya (Unconsciously Competence)
    Saya banyak ngejar kredit di tahun 1 dan 2, dengan harapan bisa tobikyu (loncat tingkat), meskipun saya kemudian nggak minat lagi karena ternyata di Jepang kalau kita loncat langsung ke program Master (S2), ijazah S1 nggak diberikan oleh Universitas. Resiko besar kalau saya balik Indonesia tanpa ijazah S1, urusan birokrasi pemerintahan (PNS) akan merepotkan, apalagi kalau nanti nyalon jadi walikota semarang, bisa kena pasal ijazah palsu… hehehe. Akhirnya tingkat 3 kuliah banyak kosong (sudah terambil di tingkat sebelumnya). Part time juga saya lebih selektif, hanya di bidang garapan saya saja, yang bisa kerja remote dan lebih bebas waktunya. Tidak ada lagi tempat untuk kerja kasar nyuci piring atau angkat karung. Saya terpaksa ambil mata kuliah jurusan lain untuk menjaga ritme kampus. Meskipun kadang ditolak professor pengajar, karena saya ambil mata kuliah semacam combustion, teknologi pendidikan, sistem tata kota, dsb yang nggak ada hubungan dengan computer science. Akhirnya karena keasyikan ngambil kredit, nggak sadar kelebihan kredit. Total terambil 170 kredit, padahal syarat lulus S1 hanya 118 kredit :D. Sehari hampir 18 jam di depan komputer, kecuali tidur sekitar 6 jam, tugas kampus juga saya kerjakan dengan baik. Akhirnya masuklah saya ke masa, “nggak ngerti lagi mau ngapain di Internet”. Saya mulai suka iseng dan banyak aktif di dunia underground dengan berbagai nama samaran. Saya kadang membuat program looping tanpa stop untuk mbangunin admin kampus, alias men-downkan server karena overload CPU dan memori. Kadang nge-brute force account teman untuk ambil passwordnya, sehingga bisa baca email-email cintanya. Sampai akhirnya saya pernah kena skorsing 3 bulan karena ngecrack account professor-professor di kampus. Nah di masa ini, saya berubah jenis sebagai mahasiswa yang nggak sadar bahwa punya kemampuan untuk berbuat negatif dan merusak kestabilan kampus .

    Di sisi lain, saya banyak mendapatkan knowledge di Universitas, formal language dan automata, software project management, software metrics, requirement engineering, dsb yang pada saat dapat kita mikirnya ini nanti dipakai dimana yah . Tapi ternyata semua itu bekal yang cukup berguna ketika harus masuk ke dunia industri dan menggarap project-project yang lebih riil. Kondisi seperti ini juga termasuk dalam posisi yang tidak sadar akan kemampuannya.
Bagaimanapun juga mahasiswa sebaiknya di arahkan untuk menjadi jenis ke-3, yang sadar akan kemampuannya dan menggunakan kemampuannya untuk hal-hal positif. Kalaupun ada mahasiswa yang dengan skillnya terjebak tindakan negatif, pembimbing ataupun dosen juga harus bijak mensikapi. Bagaimanapun juga ini semua adalah proses belajar dan proses pematangan diri. Sebagai tambahan, 4 hal diatas diformulasikan orang dan terkenal dengan nama teori Experiential Learning. Lalu anda termasuk yang mana? Silakan dijawab sendiri.

By: Romi Satria Wahono